CIRI - CIRI SAPI SIMENTAL
Warna krem
kecoklatan, sedikit merah
Bulu bagian muka, lutut ke bawah dan ujung ekor berwarna
putih
Bentuk tubuh kekar dan berotot
Sangat cocok dipelihara di daerah beriklim sedang
KEUNGGULAN SAPI
SIMENTAL
Permbuhan otot sangat baik
Menghasilkan karkas yang tinggi dengan sedikit lemak
Berat badan dewasa dapat mencapai lebih 1.000 kg
Potensi Berat Badan Sapi Simmental Bobot Pejantan dewasa mampu mencapai berat badan 1150 kg bahkan bisa lebih jika pakan dan managemen pemeliharaannya bagus. Sapi Simental betina dewasa beratnya bisa mencapai 800 - 900 kg Meskipun sebenarnya terdapat beberapa jenis sapi pedaging impor unggul, yang paling dikenal di Namun demikian, terlepas dari mana di antara kedua sebab ini yang benar, penelitian Perhimpunan Peternak Sapi Simental Amerika (ASA, American Simmental Association) membuktikan bahwa sapi Simental memang paling unggul dibandingkan dengan jenis sapi lainnya dalam hal tingkat pertumbuhan, persentase karkas, dan produksi susu. Penelitian ini dilakukan pada sapi Simental galur murni.
Tentu saja, mengingat iklim negara kita yang panas, sapi
Simental murni tidak cocok diternakkan di sini. Karena itu, perkawinan silang
sapi Simental jantan dengan sapi betina jenis lain yang tahan panas merupakan
solusi paling tepat. Di Amerika Serikat telah dihasilkan sapi pedaging unggul
tahan panas hasil persilangan sapi Simental jantan dan sapi Brahma betina.
Keturunan hasil perkawinan silang kedua jenis sapi ini dinamakan Simbrah, yaitu
perpaduan nama Simental dan Brahma.
Sapi Simental berasal dari daerah Dataran Tinggi Bern, Swis, dan sudah dikenal sejak Abad Pertengahan sebagai sapi belang besar. Dari sini, sapi ini menyebar ke Swis barat dan utara. Sapi Simental, salah satu jenis sapi yang lebih jinak dan mudah dipelihara, terkenal dengan punggungnya yang panjang dan lurus serta punggung dan pinggang yang sangat montok. Sebagai sapi dengan ukuran sedang hingga besar dan tulang-tulang yang kokoh, sapi Simental jantan biasanya berbobot 1100 hingga 1400 kg setelah dewasa dan sapi Simental betina 600 hingga 800 kg. Sapi Simental betina tetap mampu melahirkan sampai umur sepuluh hingga dua belas tahun dan banyak menghasilkan susu. Sapi Simental merupakan sapi belang, kadang-kadang hanya dengan sedikit belang putih. Warnanya bervariasi dari kuning muda hingga coklat kemerahan. Kepalanya biasanya putih di bagian depan mata dan kaki bagian bawah juga umumnya putih. Sapi ini mampu mencapai pertambahan berat badan 1 hingga 1,5 kilogram per hari dan tingkat konversi pakan yang tinggi sehingga menghasilkan karkas sekitar 63%. Sapi jenis ini cocok dikawinsilangkan dengan jenis sapi yang lebih kecil baik untuk meningkatkan produksi daging maupun susu. Dengan ukuran tubuhnya yang mengesankan, sapi Simental sudah lama tersebar ke seluruh dunia, dan sebagian negara lebih berhasil dibandingkan dengan negara lain dalam pengembangan ternak sapi Simental ini. Sapi jenis ini telah menyebar ke berbagai negara Eropa dan dikenal dengan nama yang berbeda, yang semuanya dikembangkan dengan fokus peternakan yang berbeda. Sapi Pie Rouge di Perancis diternakkan dengan tujuan utama produksi daging; sapi ini besar dan sintal. Sapi Montbeliarde diternakkan untuk melestarikan potensi produksi susu yang tinggi pada sapi Simental. Banyak orang berpendapat sapi ini merupakan jenis sapi produsen susu terbanyak kedua, yang hanya dikalahkan oleh sapi Sapi Abondance ukuran tubuhnya lebih kecil; rangka sapi ini lebih kecil dan dibandingkan dengan jenis sapi lain bertulang lebih kecil. Sapi Austro-German Fleckviehs yang terkenal memiliki kemampuan produksi daging lebih besar dan banyak menghasilkan anak. Sapi Simental Swis tetap berangka besar dengan otot yang sangat proporsional. Kawasan pedesaan Italia juga mengembangkan sapi Simmentalnya sendiri, yang dinamakan Peseta Rosa � yang berarti koin berwarna mawar, mungkin karena kemudahan penjualan sapi Simental. Sapi Simmental sudah lama diternakkan di Amerika Serikat. Sapi ini pertama kali tercatat diternakkan di Tahun 1974, Federasi Peternak Sapi Simental Dunia dibentuk. Tujuan utamanya adalah mempersatukan para peternak dengan menyediakan pangkalan untuk pertukaran informasi dan hasil penelitian serta meningkatkan pengaruh dan pentingnya sapi jenis ini. Perhimpunan Peternak Sapi Simental Amerika bekerja sama untuk mengembangkan jenis sapi ini di Amerika Serikat. Meskipun beragam latar belakangnya, para anggotanya sama-sama menggunakan pendekatan progresif. PPSSA melaksanakan program inseminasi buatan, program identifikasi sapi betina dan perbandingan sapi dalam kawanan yang sama. Ini merupakan perhimpunan peternak pertama yang mencatat data induk jantan. Data kinerja sapi Simental juga terbukti langsung di ajang pameran. Walaupun terdapat persamaan yang jelas pada sapi Simental di setiap negara, sapi Simental Amerika dipelihara dengan tujuan utama mengembangkan keunggulan produksi dagingnya. Sapi Simental Amerika merupakan sapi besar dengan tulang besar. Dengan ukuran yang sangat besar, sangat mengejutkan bahwa sapi Simental juga melahirkan banyak anak. Meskipun berat lahirnya rendah, tingkat pertumbuhan sapi ini cepat. Sapi Simental betina merupakan induk betina yang luar biasa dan memperlihatkan siklus produksi yang sangat lama. Sapi Simental betina dan sapi Simental jantan cepat mencapai kedewasaan kelamin, dibandingkan dengan jenis sapi Amerika lainnya yang memerlukan waktu lebih lama untuk perkembangbiakannya. Walaupun kemampuan produksi susunya tidak diseleksi, sapi Simental tetap menjadi sapi penghasil susu di atas rata-rata. Keuntungan ekonominya bagi peternak sapi pedaging hampir tak terkalahkan oleh sapi jenis lain. Sapi ini sangat jinak dan memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang luar biasa. Hasil karkasnya sangat baik dengan kualitas daging yang tinggi. Daging sapi Simental empuk dan sangat lezat. Program perbaikan keturunan (upgrading) di Amerika telah menghasilkan berbagai pola warna pada sapi jenis ini. Pola warna asli sapi Simental adalah merah dan putih atau kuning dan putih. Semua warna dan semua pola warna diterima di kalangan Perhimpunan Peternak Sapi Simental Amerika. Gen untuk karakteristik tak bertanduk juga telah diketahui pada sapi jenis ini, yang besar kemungkinan berasal dari perkawinan silang dengan sapi Angus. Banyak sekali variasi pada sapi jenis ini sehingga para peternak dapat memilih sapi Simental yang paling sesuai dengan lingkungan mereka. Namun demikian, sapi Simental merupakan sapi yang sangat mampu beradaptasi sehingga standar umum sulit ditentukan. Risiko kekurangan plasma nutfah sangat kecil bagi peternak sapi Simental. Hasil perkawinan silang yang sangat terkenal adalah sapi SimAngus; anak sapi yang dihasilkan menggabungkan karakteristik terbaik jenis sapi Inggris dan Amerika. Tingkat kinerja, tingkat kesuburan, hasil produksi dan kandungan lemak dalam daging (marbling) membuat sapi ini sangat laku dijual. Sapi Simbrah, hasil persilangan antara sapi Simental dan sapi Brahma juga berkembang biak dengan pesat di daerah-daerah yang kekurangan Sapi Simental merupakan salah satu sapi pedaging unggul. Karakteristiknya sangat dapat diturunkan dan data untuk memperkirakan karakteristik anaknya sangat terpercaya. Dagingnya yang secara alami sedikit mengandung lemak, keempukan dagingnya dan hasil produksinya yang tinggi sangat menguntungkan peternak. Ketika semakin banyak usaha untuk mencapai heterosis pada berbagai jenis sapi, sapi Simental mungkin menjadi pilihan pelengkap terbaik. Kejinakan dan variabilitasnya akan membuat sapi Simental tetap menjadi sapi favorit dalam peternakan sapi pedaging.
Dikalangan peternak populer dengan nama sapi metal ,
padahal sapi tersebut bernama asli simmental , bahkan sapi
Sapi Simmental Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagianmuka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg (Anonimus, 2002b). Sapi SIMPO adalah perkawinan silang antara sapi simmental dan sapi peranakan ongole atau
dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar
7,52-11,29% (Siregar, 2001). Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta
nilai gizi pakan.
dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar
7,52-11,29% (Siregar, 2001). Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta
nilai gizi pakan. dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar
7,52-11,29% (Siregar, 2001). Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta
nilai gizi pakan.
Sapi Peranakan Simental
Sapi Peranakan Simental berasal dari
Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Sugeng, 1998). Menurut Susilorini (2008) sapi Peranakan Simental mempunyai sifat jinak, tenang, dan mudah dikendalikan. Hadi (2002) menjelaskan bahwa sapi peranakan Simental merupakan bangsa sapi persilangan dengan pertambahan
bobot badan berkisar antara 0,6 sampai 1,5 kg/hari.
Pemilihan Lokasi
Menurut letak geografis, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan sapi potong antara lain: suhu
lingkungan. Sapi termasuk hewan yang peka terhadap perubahan suhu
lingkungan, terutama
perubahan yang drastis. Suhu tinggi bisa menyebabkan
konsumsi pakan menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan dan
kemampuan reproduksi.
Pada umumnya sapi potong dapat tumbuh optimal di daerah dengan suhu ideal yaitu 17-270 C. Tinggi rendahnya curah hujan di suatu lokasi berhubungan erat dengan kondisi temperatur di daerah tersebut. Lokasi ideal untuk penggemukan sapi potong adalah lokasi yang bercurah hujan 800-1.500 mm/tahun. Tingkat kelembaban tinggi (basah) cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh dan berkembangnya parasit dan jamur. Sebaliknya, kelembaban rendah (kering) menyebabkan udara berdebu, yang merupakan pembawa penyakit menular, sekaligus menyebabkan gangguan pernafasan. Kelembaban ideal bagi sapi potong adalah 60 - 80 % (Abidin, 2006).
Manajemen Perkandangan
Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang
yang dilengkapi lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada 2
macam yaitu sapi saling berhadapan head to head dan sapi saling bertolak
belakang tail to tail yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan
dan pengontrolan ternak (Ngadiyono, 2007).
Fungsi kandang adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi,
melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan memudahkan
pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin, 2006).
Manajemen Pemeliharaan Ternak
Ternak perlu dimandikan secara rutin, dan setelah
dimandikan, ternak dijemur sebentar agar bulunya kering. Ternak yang tidak
pernah dimandikan bulunya kotor, dapat menjadi sarang kuman, parasit, dan
jamur yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Pembersihan kandang juga
perlu dilakukan, kandang dibersihkan setiap hari, juga lingkungan disekitar
kandang.
Kandang yang bersih selain mencegah timbulnya penyakit, juga memberikan kenyamanan bagi ternak maupun peternak (Ngadiyono, 2007). Menurut Sugeng (1998) pada umumnya tubuh sapi mudah kotor akibat kotoran sapi itu sendiri, agar selalu bersih, badan sapi harus dimandikan sehari sekali, dengan cara mengosok-gosok kulit dengan spon atau bahan lain hingga bersih. Sapi yang kulitnya bersih, parasit dan gatal-gatal tidak mudah menghinggapinya.
Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna
dan digunakan oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil
tanaman, dan kadangkadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut (Tillman
et al., 1991).
Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat
berupa bijian dan butiran serta bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang
merupakan komponen penyusun ransum. Pakan adalah bahan yang dimakan dan
dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting
untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi.
Darmono (1993) menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.
Pakan Hijauan
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari
tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk
batang, ranting dan bunga (Sugeng, 1998). Menurut Lubis (1992) pemberian pakan
pada ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan
yang baik diberikan dengan perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum),
apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat
menjadi 55 : 45 dan hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi
perbandingan itu dapat menjadi 64 : 36 (Siregar 2008).
Jerami adalah sisa-sisa hijau-hijauan dari
tanam-tanaman sebangsa padi dan leguminosa, setelah biji-bijinya dipetik untuk
dimanfaatkan oleh manusia. Jerami mengandung protein, pati dan lemak jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan hijauan, sedangkan kadar serat kasarnya jauh lebih
tinggi. Jerami yang
biasa digunakan untuk bahan pakan adalah jerami padi,
jerami jagung, gandum (Lubis, 1992). Menurut Siregar (1994), jerami padi
mengandung 21% bahan kering (BK), 9,2% protein kasar (PK) , 27,4% serat kasar
(SK) dan 41% total digestible nutrients (TDN).
Konsentrat
Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang
mengandung serat kasar relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini
meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling,
menir, dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, dan berbagai umbi. Fungsi pakan
penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain
yang nilai gizinya rendah.
(Sugeng, 1998). Menurut Darmono (1999) konsentrat adalah
bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji-
bijian, hasil produk ikutan pertanian atau dari pabrik dan umbi- umbian. Bekatul dalam susunannya mendekati analisis dedak
halus, akan tetapi lebih sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit, di
dalam bekatul juga tercampur pecahan halus dari menir. Kandungan nutrien dari
bekatul adalah
15% air, 14,5% PK, 48,7% bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN), 7,4% SK, 7,4% LK dan 7,0 % abu, kadar protein dapat dicerna 10,8% dan
Martabat pati (MP) = 70 (Lubis, 1992). Menurut Santosa (1995) bekatul
mengandung 85% BK, 14% PK, 87,6% TDN, 0,1% kalsium (Ca) dan 0,8% phospor (P).
Ampas tahu adalah ampas yang diperoleh dari pembuatan
tahu yang diberikan kepada ternak besar dan kecil. Ampas tahu dalam
keadaan segar mengandung lebih dari 80% air. Kandungan nutrien dari ampas
tahu adalah 84% air, 5% PK, 5,8% (bahan ekstrak tanpa nitrogen) BETN, 3,2 %
SK, 1,2% LK, dan 0,8% abu. Ampas tahu yang sudah dikeringkan masih
mengandung kira-kira 16% air, dengan kadar protein dapat dicerna (Prdd) 22,3%
dan nilai MP=62 9 (Lubis, 1992). Menurut Siregar (1994) ampas tahu
mengandung 23% BK, 23,7% PK, 23,6% SK dan 79% TDN.
Ketela pohon (Manihot utilissima) mempunyai umbi dengan
kadar tepung yang sangat tinggi. Umbi ketela pohon yang masih segar
tidak dianjurkan diberikan pada ternak secara rutin, karena mengandung racun
sianida yang sangat berbahaya (Lubis, 1992). Menurut Siregar (2008), kandungan
nutrisi ketela pohon adalah 32,3% BK, 3,3% PK, 4,2% SK, 81,8% TDN.
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran
tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan
dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh
semenjak embrio sampai menjadi dewasa.
Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal terjadinya pembuahan sampai dengan pedet itu lahir, dilanjutkan hingga sapi menjadi dewasa (Sugeng, 1998). Menurut Anggorodi (1994) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Menurut Siregar (2008) pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Pada usia dewasa, pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi dilahirkan sampai dengan usia pubertas (sekitar umur 8-10 bulan) merupakan fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya sangat cepat. Pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya.
Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup
pokok dan produksinya. Zat-zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia
dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan
dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al.,
1991).
Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau
bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan
kesehatan ternak;
2) factor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat,
komposisi zat-zat gizi, frekwensi pemberian, keseimbangan zat-zat gizi serta
kandungan bahan toksik dan anti nutrisi; dan
3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan
ruangan kandang dan tempat ransum.
Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat-zat gizi
dalam
ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai konversi
pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat
semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Siregar, 1994).
Kebutuhan Air
Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan,
tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk
kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan. Kebutuhan air bagi ternak tergantung
pada berbagai faktor
yaitu kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang
diberikan (Sugeng, 1998).
Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai transportasi zat pakan melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa, sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh (Siregar, 1994). Air
minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan sapi. Kebutuhan air
minum sapi kurang lebih 20-40 liter/ekor/hari yang harus disediakan
dalam kandang (Setiadi, 2001).
Kebutuhan Bahan Kering
Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan
setelah dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan
kering sebanyak 3-4% dari bobot badannya (Tillman et al., 1991).
Konsumsi bahan kering menurut Lubis (1992), dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya :
1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas; dan
2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur
dan kondisi kesehatan ternak.
Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi
lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan
enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK berhubungan erat
dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan
(Parakkasi, 1999).
Menurut Tillman et al., (1991) palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri. Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak masih dalam kondisi yang baik dan tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan konsumsi. Pemberian pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen
meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak
akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Kebutuhan Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai
berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu
protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia
rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991). Tubuh memerlukan
protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta
untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan.
Protein dapat diperoleh dari bahan-bahan pakan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan yang berasal dari biji-bijian (Sugeng, 1998).
Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis.
Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd.
Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Siregar, 1994). Menurut Anggorodi (1994) kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim-enzim dan hormon.
Kebutuhan Energi
Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak. Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam
metode pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem
ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna dari
sistem Wende serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori
berdasar pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely dan Bade,
1998).
Menurut Siregar (1994) TDN adalah jumlah energi dari pakan
maupun ransum yang dapat dicerna. Zat-zat pakan yang dapat menjadi sumber
energi yaitu protein, serat kasar, lemak dan BETN. Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya
pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi
produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman et al.,
1991). Menurut Parakasi
(1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan
produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi.
Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. TDN atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang tidak tercukupi dari pakan.
Kebutuhan Mineral
Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan
tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh
yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan (Sugeng, 1998). Mineral
berfungsi untuk bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan
yang keras dan kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh,
sebagai aktivator system enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem
enzim (Tillman et al., 1991).
Mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan
dalam jumlah yang cukup, karena apabila terlalu banyak mineral akan
membahayakan tubuh ternak (Anggorodi, 1994).
Konversi dan Efisiensi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh
ternak tersebut Siregar, 2001). Menurut Darmono (1993) konversi pakan
sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa,
kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan yang tidak kalah penting.
Efisiensi pakan didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit produk yang
dihasilkan (pertambahan bobot badan) dengan jumlah unit konsumsi pakan dalam
satuan waktu yang sama (Santosa, 1995).
|