KRITERIA BAKALAN SAPI POTONG
A.Jenis Kelamin
Usaha penggemukan sapi potong
biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3 – 4 bulan.
Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertambahan berat badan
harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina. Di samping itu, ada
peraturan yang melarang pemotongan ternak betina, terutama yang masih
produktif. Meskipun demikian, tampaknya perlu pula dijajaki usaha
penggemukan sapi betina yang sudah tidak produktif.
B.Umur
Sapi, seperti hewan lainnya, memiliki fase-fase dalam pertumbuhannya,
yaitu fase pertumbuhan tulang, pertumbuhan jaringan otot (daging), dan
pertumbuhan lemak. Secara umum, fase pertumbuhan tulang dimulai sejak
lahir sampai berumur 2 tahun. Fase pertumbuhan jaringan otot juga mulai
terjadi sejak lahir, tetapi mencapai puncaknya pada umur 2 – 2,5 tahun.
Setelah itu, pertumbuhan jaringan otot masih berlangsung tetapi lajunya
mulai menurun.
Bersamaan dengan menurunnya fase pertumbuhan jaringan otot, di mulailah
fase pertumbuhan lemak. Berdasarkan gambaran di atas, sapi bakalan yang
akan digemukkan dipilih dari sapi-sapi yang masih berumur 2 – 2,5
tahun. Selain pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum,
efisiensipenggunaan pakannya pun cukup tinggi. Menentukan umur sapi,
paling akurat dilakukan dengan melihat catatan produksi sapi yang
bersangkutan.
C.Penampilan Fisik
Secara umum, kriteria penampilan fisik sapi bakalan sebagai berikut.
1.Badan sehat, yang
diindikasikan dengan sorot mata tajam, tidak kuyu, dan tidak terdapat
kerusakan atau luka di bagian tubuhnya. Selain itu, kulitnya halus dan
tidak bersisik.
2.Bentuk tubuh proporsional, dalam posisi berdiri bagian punggung lurus, dan tubuhnya tidak cacat.
3.Adakalanya, di pasar hewan kita menemui sapi-sapi yang terlihat masih
muda, tetapi pertumbuhannya tidak normal dan berat badannya lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata sapi-sapi seusianya.
Sebetulnya, sapi-sapi seperti inilah yang justru sangat cepat
pertumbuhannya. Karena dengan perlakuan pemberian pakan yang baik, sapi
bakalan ini akan mengejar ketinggalan pertumbuhannya, yang secara
ilmiah disebut pertumbuhan kompensasi. Sapi bakalan seperti ini
kemungkinan besar akan mengalami pertambahan berat badan harian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bakalan lainnya.
D.Menaksir Berat Badan Sapi
Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan berat badan sapi
bakalan. Namun, ini tidak praktis dilakukan dipasar hewan. Agar tidak
terjadi kesalahan dalam penaksiran berat badan sapi, ada baiknya
dipertimbangkan dahulu untuk bekerja sama dengan pedagang hewan yang
sudah berpengalaman (blantik) dengan imbalan untuk setiap ekoryang
dibeli. Hal ini didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun si blantik,
yang mampu menaksir berat badan sapi tanpa menimbangnya.
JENIS–JENIS SAPI
Pada umumnya jenis sapi pedaging atau sapi potong adalah jenis sapi
yang pelihara untuk diambil atau dimanfaatkan dagingnya. adapun
ciri-ciri sapi pedaging ini adalah memiliki perawakan yang besar
sehingga daging yang dihasilkan juga banyak. jenis sapi yang sangat
bagus untuk di budidayakan adalah sebagai berikut :
SAPI ANGUS
Sapi Angus merupakan jenis sapi
pedaging unggul yang berasal dari negara inggris yang merupakan
bagiandari daratan eropa. Dagingnya berkualitas bagus serta tidak
banyak mengandung lemak itu adalah salah satu ciri khas sekaligus
merupakan kelebihanyang dimiliki oleh SAPI ANGUS ini. sapi angus
memeiliki perawakan tubuh yang sangat besar serta warna kulit hitam,
sebagai ciri khas dari sapi ini. ciri khas yang lain dari sapi ini
adalah sapi jenis ini tidak memiliki tanduk.
SAPI BEEFMASTER
Sapi Beefmaster merupakan hasil
persilangan antara sapi Brahman jantan dengan sapi Shorthorn betina
atau juga sapi Hereford dari inggris. dengan perawakan tubuh yang besar
serta memiliki punuk dan juga berbulu dengan warna coklat kemerahan,
adalah ciri-ciri yang dimiliki sapi BEEFMASTER ini.
Sapi Brahman dari india adalah
salah satu jenis sapi potong unggul yang banyak diternak di indonesia.
Sapi ini memiliki ciri-ciri fisik yang dapat dikenali seperti berpunuk
besar, memiliki gelambir di leher. umumnya sapi brahman ini memiliki
warna bulu coklat, merah, abu-abu dan hitam.
Sapi Charolais ini sapi yang
berasal dari negara perancis, dan dikembangkan pertama kali di negara
amerika serikat. sapi ini memiliki perawakan tubuh besar dan berbulu
warna putih dan krem.
Sapi Charbray adalah jenis sapi
yang didapat dari persilangan antara sapi charolais dengan sapi
brahman. sapi ini memiliki warna bulu adalah berwarna krem. serta
memiliki punuk dan tanduk seperti brahman namun tanduk yang dimiliki
hanya kecil.
Sapi droughmaster merupakan
persilangan antara sapi shorton dari inggris dan sapi brahman dari
india. sapi jenis ini banyak dikembangbiakkan di negara australia dan
sapi ini memiliki ciri-ciri dengan perawakan tubuh yang besar dan
mempunyai bulu coklat kemerahan diseluruh bagian tubuhnya sebagai ciri
khas sapi ini.
Sapi Brangus merupakan
persilangan dari SAPI ANGUS dan SAPI BRAHMAN sehingga didapatlah
keturunan sapi yang diberi nama SAPI BRANGUS. ciri yang membedakan
antara sapi brangus dan sapi angus terletak pada tanduk kecil yang
dimiliki oleh sapi brangus. sementara sapi angus tidak memiliki tanduk
sama sekali di kepalanya, selebihnya ciri lainnya antara sapi brangus
dan sapi angus mempunyai banyak kesamaan.
Sapi Hereford adalah jenis sapi
dari inggris yang memiliki tubuh kekar, panjang khas sapi dari eropa.
sapi hereford memiliki corak warna tubuh yang khas terutama dari perut
, kaki dan kepala sebagai ciri yang mudah untuk mengenali jenis sapi
ini.
SAPI LIMOSIN ( LIMOUSIN )
Sapi Limosin adalah sapi yang
berasal dari prancis yang bertanduk kecil dan melengkung, berbulu tebal
berwarna merah dan bertubuh besar. sapi ini memiliki tingkat
pertumbuhan diatas rata-rata sapi pedaging yang lain.
Sapi Murray gray berasal dari
daerah murray di australia. sapi ini merupakan hasil persilangan antara
sapi angus dengan sapi shorthorn dari inggris. perawakan tubuh sapi ini
hampir mirip dengan sapi angus dengan warna buluke abu-abuan.
Sapi Shortorn berasal dari
inggris, punggungnya lurus badan tidak begitu kekar, bertanduk kecil,
memiliki corak bintik-bintik kecil serta berwarna putih dan merah.
Sapi Simmental berasal dari
negara Swiss, Eropa. perawakan tubuhnya kekar, mudah jinak. memiliki
warna bulu coklat ditubuh dan samping leher, serta warna putih dibagian
kepala dan bulu ditelapak kakinya.
Sapi Ongole berasal dari India
dan banyak dibudidayakan di Indonesia, memiliki gelambir di lehernya
dan berukuran tubuh sedang dengan warna bulu putih, hitam.
SAPI PO ( PERANAKAN ONGOLE )
Sapi PO ( Peranakan Ongole )
adalah persilangan dari sapi ongole dengan sapi lokal jawa, Indonesia.
memilikipunuk dan gelambir di lehernya yang mirip sapi ongole. dapat
digunakan sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja. karena ukurannya yang
tidak sebesar sapi ongole maka sapi POini harganya juga lebih
terjangkau.
Sapi aceh erupakan persilangan
antara sapi ongole dengan sapi lokal yang berupa sapi aceh. dimana sapi
aceh ini memiliki ciri khas yaitu seperti warna bulu merah kecoklatan
serta berpunuk kecil.
Demikian artikel tentang
jenis-jenis sapi pedaging unggul yang dapat di budidayakan untuk
memenuhi kebutuhan daging sapi di indonesia khususnya dan seluruh dunia
pada umumnya. serta beberapa produk dari PT.NATURAL NUSANTARA untuk
meningkatkan pertumbuhan penggemukan sapi. yang diantarnya adalah
VITERNA,POCNASA dan HORMONIK. demikian semoga bermanfaat dan sebagai
panduan untuk menjadi seorang peternak yang baik.
Seleksi dan Pemilihan Bibit / Bakalan untuk Usaha Ternak Sapi Potong
Dalam usaha ternak potong baik sapi, kambing maupun domba untuk tujuan
pembibitan maupun penggemukan, faktor bibit atau bakalan sangat
menentukan keberhasilan usaha. Bibit atau bakalan yang memenuhi
kriteria yang ditentukan sesuai tujuan usaha akan memberikan hasil yang
optimal.
Usaha breeding (pembibitan) :
Dalam usaha breeding (pembibitan), kualitas induk dan pejantan yang
digunakan sangat berpengaruh terhadap keturunan yangdihasilkan. Untuk
itu maka perlu dilakukan :
a. Pemilihan breed / bangsa pejantan dan betina yang akan digunakan
dalam breeding. Bangsa yang digunakan harus sesuai dengan tujuan usaha,
karena secara genetik, kemampuan ternak bervariasi. Misalnya sapi untuk
tujuan memproduksi daging, berbeda untuk tujuan kerja, tujuan produksi
susu dan sebagainya. Domba untuk tujuan produksi wool tidak sama dengan
domba untuk tujuan produksi daging. Selanjutnya dalam memilih breed,
penting juga memperhatikan besar kecilnya ukuran tubuh ternak, terutama
dalam usaha kawin silang, jangan sampai menimbulkan kesulitan pada saat
beranak karena kesalahan dalam memilih pejantan sehingga berakibat
berat lahir anak terlalu besar.
b. Melihat catatan silsilah / pedigree. Catatan mengenai prestasi tetuanya :
berat lahir,
berat sapih,
Average Daliy Gain (ADG),
berat umur 1 tahun,dll.
c. Penilaian bentuk luar (dengan judging). Dalam judging, ada
bagian-bagian tubuh ternak yang mendapat penilaian lebih tinggi sesuai
dengan tujuan.
Pemilihan induk berdasarkan penampilannya :
a. Berpostur tubuh baik
b. Ambing baik
c. Bulu halus, mata bersinar
d. Nafsu makan baik
e. Tanda-tanda berahi teratur
f. Sehat dan tidak cacat
g. Umur siap kawin (+ 2 tahun, untuk ternak sapi)
Pemilihan pejantan berdasarkan penampilannya :
a. Postur tubuh besar, dada lebar dan dalam
b. Kaki kuat, mata bersinar,
c. Bulu halus
d. Testis simetris dan normal
e. Sex libidonya tinggi (agresif)
f. Responsif terhadap induk berahi
g. Sehat dan tidak cacat
h. Umur dewasa ( >2 tahun,untuk ternak sapi)
Usaha fattening (penggemukan)
Dalam usaha penggemukan, bakalan yang akan digemukkan harus cocok untuk
iklim tropis. Syarat-syarat bakalan yang baik antara lain adalah :
a. Umur : 1.5 – 2.5 tahun (laju pertumbuhan tinggi, efisien dalam penggunaan pakan)
b. Jenis kelamin : jantan lebih cepat pertumbuhannya daripada betina
c. Kesehatan : (sehat, kulit lentur dan bersih, mata bersinar, nafsu makan baik)
d. Kondisi fisik : (badan
persegi panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, kondisi sapi
boleh kurus tetapi sehat, pertumbuhan kompensasi)
e. Bangsa : mudah beradaptasi dan genetiknya baik.
ASPEK TEKNIS PENGGEMUKAN SAPI
A.Letak Geografis
Secara umum, Indonesia terletak
pada jalur simpangan yang menguntungkan , yakni dua benua dan dua
samudera, serta dilalui garis khatulistiwa. Karena itu, Indonesia
beriklim tropis dengan dua musim, sehingga perbedaan suhu, curah hujan,
kelembaban, dan arah mata angin tidak terlalu fluktuatif. Beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemlihan lokasi.
1.Temperatur
Sapi termasuk hewan yang peka
terhadap perubahan suhu lingkungan, terutama perubahan yang dratis.
Suhu tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakibat pada
menurunnya laju pertumbuhan. Untuk hewan tertentu, suhu tinggi juga
berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi menurun. Pemaksaan penggunaan
suhu lokasi yang tinggi temperaturnya fluktuaktif, kurang cocok bagi
hewan, akan menyebabkan menurunnya penampilan produksi.
2.Curah Hujan
Tinggi rendahnya curah hujan di
suatu lokasi berhubungan erat dengan kondisi temperatur di daerah
tersebut.Temperatur pada musim hujan akan lebih rendah dibandingkan
dengan pada musim kemarau. Di samping itu, curah hujan yang tinggi
berkorelasi dengan ketersediaan pakan yang berupa hijauan. Umumnya,
hijauan melimpah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau
terbatas. Lokasi ideal untuk penggemukan sapi potong adalah lokasi yang
bercurah hujan 800 – 1500 mm/tahun. Curah hujan yang sangat tinggi bisa
mengakibatkan gangguan kesehatan pada sapi potong. Jika kebersihan
kandang kurang terjaga, bisa timbul penyakit Pneumonia.
3.Arah Angin
Angin merupakan salah satu
faktor pembawa kuman penyakit, sehingga penentuan arah angin yang
dominan di suatu lokasi sangat penting sebagai petunjuk bagi pembuatan
kandang. Kandang sebaiknya dibangun berderet memanjang sesuai dengan
arah angin yang dominan. Hal ini dimaksudkan agar angin yang datang
tidak menerpa sapi-sapi secara frontal. Selain itu, perlu diperhatikan
arah sinar matahari. Sinar matahari pagi diusahakan masuk ke dalam
kandang secara langsung atau tanpa halangan.
4.Kelembapan
Tingkat kelembapan tinggi
(basah) cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh dan
berkembangnya parasit dan jamur. Sebaiknya, kelembapan rendah (kering)
menyebabkan udara berdebu, yang merupakan pembawa penyakit menular.
Kelembapan ideal bagi sapi potong adalah 60 – 80 %.
5.Topografi
Topografi lokasi merupakan suatu
gambaran tinggi rendah suatu lokasi yang diukur dengan standar di atas
permukaan laut. Keadaan topografi mempengaruhi temperatur, curah hujan,
dan kelembapan lingkungan. Dalam hal ini, lokasi berbukit bisa menjadi
pilihan karena bisa menghambat arah angin. Topografi juga berpengaruh
terhadap ketersediaan air di suatu lokasi dan kemudahan sarana
transportasi. Jika memungkinkan, lokasi sebaiknya dilalui oleh anak
sungai agar ketersediaan air untuk menjaga kebersihan kandang dan
untuk memandikan sapi terjamin.
B.Kapasitas Lingkungan
1.Sapi Bakalan
Penentuan lokasi harus memperhatikan ketersediaan bakalan yang akan
digemukkan, terutama jika bakalan yang akan digemukkan adalah bakalan
lokal. Kapasitas pasar hewan dalam menyediakan bakalan dan letak pasar
hewan dari lokasi perlu diperhatikan. Hal ini akan terkait erat dengan
perencanaan secara keseluruhan, misalnya jenis sapi yang akan
digemukkan dan kapasitas usaha. Di samping itu, keseragaman berat badan
sapi bakalan perlu diperhatikan untuk mempermudah penanganan.
2.Ketersediaan Bahan Pakan
Secara tradisional, sapi potong hanya membutuhkan hijauan sebagai
pakan. Namun, untuk sebuah usaha penggemukan yang berorientasi pada
keuntungan finansial, perlu dipertimbangkan penggunaan bahan pakan
berupa konsentrat, sehingga dicapai efisiensi waktu yang akan
meningkatkan keuntungan.
3.Infrastruktur
Infrastruktur mencakup kemudahan akses sarana trasportasi, komunikasi,
listrik untuk penerangan, luas lahan, perkandangan, pergudangan, dan
perkantoran di lokasi penggemukan. Sarana transportasi meliputi
prasarana jalan dan alat trasportasiyang akan digunakan, baik untuk
arus sirkulasi sapi potong, tenaga kerja, maupun pakan. Perkandangan,
pergudangan, dan perkantoran merupakan sarana penunjang operasional
yang perlu disediakan dengan mempertimbangkan biaya pembangunan dan
skala usaha. Luas lahan perlu dipertimbangkan untuk proyeksi perluasan
usaha.
4.Ketersediaan Air
Air mutlak diperlukan dalam
usaha penggemukan sapi potong karena berpengaruh langsung pada
kehidupan hewan ternak. Selain sebagai air minum, air dipergunakan
untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang. Perlu dipertimbangkan
pula sumber air yang akan digunakan, misalnya air tanah, sungai yang
mengalir, atau mata air langsung. Hal ini sangat terkait dengan
pembiyaan usaha.
5.Perlengkapan
Semakin besar skala usaha penggemukan sapi potong, semakin tinggi
kebutuhan perlengkapan. Contoh, skala usaha dengan kapasitas 10 ekor
per bulan tidak perlu memiliki truk sebagai sarana angkutan karena
efisiensinya rendah, tetapi skala 100 ekor per minggu membutuhkan
sarana angkutan karena jika menyewa kendaraan tidak efisien. Beberapa
perlengkapan yang dibutuhkan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha.
6.Tenaga Kerja
Dari segi kuantitas, tenaga kerja bukanlah suatu hal yang sulit. Namu
untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik dan bertanggung jawab,
diperlukan proses seleksi yang cukup ketat dan diikuti proses pelatihan
yang berlanjut, sehingga tenaga kerja memiliki jalur tersendiri. Dalam
proses seleksi tenaga kerja, perlu diperhatikan beberapa faktor,
seperti tingkat pendidikan, pengalaman, ketrampilan, kondisi fisik, dan
jenis kelamin
Manajemen Pengelolaan Pakan Sapi
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan
faktor genetik hanya sekitar 30%.Diantara faktor lingkungan tersebut,
aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%.
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun
apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan
kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Disamping
pengaruhnya yang besar terhadap produksi ternak, faktor pakan juga
merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan.Biaya
pakan ini dapat mencapai 60 – 80% dari keseluruhan biaya produksi.
Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah
untuk memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal.Dengan
demikian diperlukan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Syarat Pakan Ternak
Hendaknya cukup mengandung zat tinggi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Disukai ternak (palatabilitas tinggi)
Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk,bercendawan)
Sebaiknya tidak mengandung
benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi hari yang dapat
menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak.
Jenis Pakan Ternak Pakan Hijauan
Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan
yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa.Beberapa
contoh hijauan pakan unggul berupa rumput yang dapat dibudidayakan
adalah rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput meksiko dan
lain-lainnya. Sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah
leguminosa (kacang-kacangan seperti centro, siratro,, lamtoro/petai
cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertaniann yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah brangkasan kacang tanah,
kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
Hijauan pakan unggul berupa rumput potong :
Umumnya berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun setinggi 60 -150 cm bahkan lebih.
Berdaun lebat dan sistem perakarannya luas sehingga relatif tahan kering.
Tumbuh baik pada dataran tinggi sampai rendah.
Dapat diperbanyak dengan biji,
pols (sobekan rumput) dan stek batang dengan jarak 40 -60 cm, sebaiknya
ditanam pada awal musim hujan.
Panen (pemotongan/defoliasi)
pertama dilakukan saat berumur kurang lebih 2 bulan. Pemotongan
berikutnya dilakukan setiap 1,5 bulan dengan tinggi pemotongan 10 – 15
cm dari permukaan tanah.
Pemupukan awal pada saat
pengolahan tanah dengan dosis 10 ton pupuk kandang 50 kg KCL dan 50 kg
TSP per hektar. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah 3 kali
pemotongan dengan takaran yang sama. Sedangkan urea diberikan pada
saat tanaman berumur 2 minggu sebanyak 50 kg/ha.
Pada penggemukan sapi secara kereman dimana ternak dikandangkan terus
menerus sangat memerlukan ketersediaan hijauan dalam jumlah cukup dan
memiliki nilai gizi yang baik. Sehingga pemberian rumput lapangan saja
sudah tidak memungkinkan lagi mengingat ketersediaanya sangat
dipengaruhi musim serta semakin terbatasnya pada penggembalaan,
disamping itu nilai gizi rumput lapangan yang sangat rendah.
Sebagai alternatif penyediaan
pakan hijauan sepanjang tahun dianjurkan dengan menanam hijauan pakan
ternak dengan sistem 3 (tiga) strata.Sistim tiga strata merupakan suatu
pola tanam hijauan pakan ternak Yang ditujukan untuk menyediakan pakan
sepanjang tahun.
Susunan 3 strata yang dimaksud adalah :
Strata -1 : terdiri dari tanaman rumput potong (rumput gajah/Pennisetum
pupureum), Panicum maxcimum, Andropogon gayamus, SetariaSp dan
lain-lain.
Strata -2 : Terdiri dari tanaman hortikultura/tanaman pangan.
Strata -3 : Terdiri dari legum
pohon (sengon, waru, lamtoro, gamal) selain untuk pakan pada musim
kemarau panjang,tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman
pelindung dan pagar kebun maupun kayubakar.
Pemberian pakan hijauan padaternak dapat dilaksanakan dengan memberikan
rumput jenis unggul seperti rumput raja (King Grass), rumput gajah,
rumput benggala, setaria, rumput mexico dan lain-lain. Atau
mencampurkannya dengan tanaman leguminosa seperti gamal, kalliandra,
Turi, lamtoro,siratro yang memiliki nilai gizi tinggi.
Pakan Penguat (Konsentrat).
Konsetrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkappi
kekurangangizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan kosentrat yang
dapat diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak padi, bungkil
kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap
dan lain-lain.
Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak tergantung
kepada harga dan ketersediaan akan pakan di sekitar lokasi usaha
penggemukan ternak sapi.
Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat
yang dapat diberikan pada penggemukan ternak sapi potong diantaranya
adalah :
Campuran 70 % dedak padi dan 30% bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung.
Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 %
kedalam campuran pakan tersebut.
Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5% jagung giling kemudian ditambahkan 1% tepung tulang dan garam dapur.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk
mencapai pertumbuhan bobot badan yang setinggi–setingginya adalah
waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian disesuaikan dengan
kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya.
Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan
konsentrat 1 – 2 %an dari bobot badan ternak. Pemberian hijauan dapat
dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan
pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan kosentrat diberikan pagi hari
sebelum pemberian hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi
adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan.Kebutuhan air minum
bagi sapi sebanyak 20 - 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan
secara ad libitum (tidak terbatas).
Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya
dicincangpendek-pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil
cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2
bagian dan sore sebanyak 3 bagian.
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak
Limbah kelapa sawit dan bahan tambahan sebagai sumber bahan baku pakan sapi potong antara lain:
(1) pelepah sawit,
(2) solid sawit,
(3) rumput raja,
(4) rumput alam,
(5) dedak padi,
(6) urea,
(7) molases/tetes tebu.
Lumpur sawit/solid sawit yang merupakan hasil samping pabrik kelapa
sawit dan tidak semua pabrik dapat menghasilkan lumpur sawit ini.Lumpur
sawit ini karena merupakan hasil samping yang hanya dibuang begitu saja
di perkebunan kelapa sawit.
Bungkil inti sawit juga dapat diperoleh dari pabrik kelapa sawit,
tetapi untuk sumber seratnya dapat memanfaatkan limbah perkebunan
kelapa sawit yaitu pelepah kelapa sawit yang dikupas terlebih dahulu
kulitnya selanjutnya dicacah menggunakan mesin pencacah atau
chopper.Siapkan bahan tambahan sumber mineral yaitu seperti garam.
Untuk menyusun bahan-bahan baku pakan tersebut menjadi ransum yang
disesuaikan dengan tujuan pemberian pakan untuk perbibitan atau
penggemukan sapi potong. Dalam menyusun formula pakan harus
diperhitungkan nutrisi masing-masing bahan dan jumlah pemberian pakan
sejumlah 3,5% bahan kering dari berat hidup. Formulasi pakan dapat
dibuat sebagai berikut:
Formula I (F1) dengan komposisi bahan baku pakan antara lain: pelepah sawit (20%),
rumput raja (20%),
solid sawit (40%),
bungkil inti sawit (20%)
dan tambahan
urea, molases, dan garam secukupnya,
Formula II (F2) dengan komposisi bahan baku pakan antara lain: rumput raja (40%),
solid sawit (60%),
dan tambahan urea, molases, dan garam secukupnya.
Pakan diberikan dalam bentuk segar. Untuk mendapatkan jumlah pemberian
pakan sejumlah 3,5% bahan kering dari berat hidup, maka selama (1 bulan
dilakukan penyesuaian pakan atau adaptasi pakan perlakuan setiap saat
setelah penimbangan ternak.
Untuk memudahkan dan mengefisiensikan teknologi pemanfaatan limbah
kelapa sawit sebagai pakan ternak, perlu dibentuk kelompok atau unit
pengelola pakan ternak skala kelompok. Tujuan dibentuknya unit
pengelola pakan ternak ini untuk mendapatkan harga pakan yang lebih
murah dibandingkan bila setiap petani ternak mengadakan bahan baku
pakan ternak sendiri-sendiri.
Mutu gizi limbah pertanian dapat ditingkatkan dengan beberapa cara
lain dengan perlakuan secara fisik (mekanis), biologis (enzimatis,
jamur maupun mikroba), kimiawi (amoniasi urea) serta kombinasi
perlakuan kimia dan biologis.
Cara tersebut dapat meningkatkan
kandungan protein kasar, protein mudah larut, serta kecernaan bahan
organik, pengelolaan secara kimia (dengan menambahkan beberapa bahan
kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur
sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang
hidup di dalam rumen untuk mencernaknya.
Penyediaan dan pengelolaan pakan ternak organik mulai banyak diterapkan, bagaimana caranya?
Dalam penyediaan ransum pakan ternak organik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(a) Kebutuhan ternak mamalia muda untuk mendapatkan susu alami dari induknya;
(b) Proporsi bahan kering dalam ransum pakan harian herbivora harus mengandung tanaman segar atau kering atau silase;
(c) Hewan berlambung ganda (polygastric) tidak harus diberi makan silase secara eksklusif;
(d) Dibutuhkan serealia dalam masa penggemukan unggas;
(e) Dibutuhkan tanaman segar atau kering atau silase dalam ransum harian.
Sedangkan pembuatan pakan ternak organik dilakukan dengan beberapa tahapan :
1) Identifikasi bahan pakan ternak organik;
2) Pembuatan pakan ternak;
3) Pengemasan pakan ternak;
4) Penyimpanan pakan ternak.
Identifikasi Bahan Pakan Ternak Organik
Bahan pakan (bahan makanan ternak) dinyatakan bahan pakan organik, jika
bahan pakan ternak tersebut berasal dari pembudidayaan pertanian
organik. Bahan pakan dapat diberikan kepada ternak yang sebagian atau
keseluruhannya, dan dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Hijauan kering (dry forage) : Hijauan kering mempunyai kandungan energi
yang rendah dan kandungan serat kasar yang tinggi (umumnya di atas 18
persen) serta mempunyai kadar air kurang lebih 10 persen. Contoh
hijauan kering adalah : hay, jerami, fodder, stover dan sekam.
Sumber energi yaitu produk yang mengandung protein kurang dari 20% dan
kandungan serat kasarnya kurang dari 18%. Contohnya dedak halus (fine
bran), sorgum, onggok, mollase (tetes tebu) sugar cane molasses, biji
jagung (Corn), bekatul (separator).
Sumber protein yaitu bahan pakan ternak yang mengandung protein lebih
dari 20%. Biasanya bahan ini berasal dari bagian tubuh hewan contohnya:
tepung ikan (fish meal), bungkil kelapa sawit (coconut palm), bungkil
kedelai (soybean meal).
Sumber mineral yaitu bahan yang mengandung mineral yang dibutuhkan oleh
ternak. Contohnya: tepung batu kapur, tepung tulang, tepung cangkang
kerang. Sumber vitamin yaitu bahan yang mengandung vitamin seperti
A,D,E, dan lain-lain.
Pembuatan Pakan Ternak
Sebelum membuat pakan ternak, dilakukan penyiapan peralatan yang
dibutuhkan. Pembuatan pakan ternak organik diawali dengan menyusun
formula ransum. Berdasarkan formula ransum tersebut, selanjutnya
mengidentifikasi dan menimbang bahan pakan sesuai dengan formula
ransum. Langkah selanjutnya adalah mencampur bahan pakan, diawali dari
kuantitas bahan pakan sedikit hingga yang paling banyak. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pencampuran bahan pakan benar-benar homogen.
Pencampuran bahan pakan ternak dalam jumlah sedikit, bisa dilakukan
secara manual. Sedangkan dalam jumah besar, dilakukan dengan misin
(mixer).
Pengemasan Pakan Ternak
Pengemasan pakan ternak dapat diartikan sebagai usaha perlindungan
terhadap pakan ternak dari segala macam kerusakan dengan menggunakan
wadah, sehingga pengemasan bertujuan untuk melindungi atau mengawetkan
pakan ternak.
Bahan kemasan pakan ternak mempunyai 6 fungsi utama, yaitu :
(a) Menjaga pakan ternak tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap kotoran dan kontaminasi lainnya;
(b) Melindungi pakan ternak terhadap kerusakan fisik, perubahan kadar air, oksigen dan penyinaran (cahaya);
(c) Mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya dalam
proses pengepakan, yaitu selama penempatan bahan pangan ke dalam wadah
kemasan;
(d) Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga memudahkan
dalam tahap-tahap penanganan, pengangkutan dan distribusi;
(e) Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau
standar yang ada; (f) Menampakkan identifikasi, informasi dan
penampilan yang jelas.
Persyaratan tersebut di atas tentu saja tidak dapat seluruhnya dipenuhi
oleh bahan kemas alami, karena itu dengan bantuan teknologi dapat
diciptakan bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi sebagian besar dari
persyaratan minimal yang diperlukan. Mutu pakan ternak yang akan
dikemas perlu dipertimbangkan, karena pakan ternak merupakan media yang
baik bagi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme, di samping itu perlu
diketahui metoda pengolahan yang telah dialami dan kondisi penyimpanan
yang diperlukan untuk mempertahankan mutu.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kemungkinan masuknya
komponen beracun dari bahan pengemas ke dalam pakan ternak dan
pemindahan bau bahan pengemas ke dalam pakan ternak.
Prosedur pengemasan pakan ternak diawali dengan menyiapkan bahan
kemasan. Bahan kemasan pakan ternak pada umumnya berupa karung goni.
Pakan ternak yang telah homogen bahan pakannya, selanjutnya manual,
maka pakan ternak dimasukkan ke dalam kemasan dengan menggunakan sekop.
Jika pembuatan pakan ternak dengan menggunakan mesin, maka pakan ternak
dimasukkan kemasan langsung dari outlek (lubang pengeluaran) mesin.
Pakan ternak yang telah dimasukkan/ditampung dalam kemasan, selanjutnya
dijahit dengan mesin jahit khusus karung goni.
Penyimpanan Pakan Ternak
Penyimpanan pakan ternak salah
satu cara untuk mempertahankan agar bahan pakan tetap di dalam keadaan
baik sebelum dijual yaitu dengan penyimpanan, pengemasan, dan pemberian
label secara baik, bobot tidak susut, bau tidak berubah demikian juga
warnanya.
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu
terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga
komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, menghilangkan berbagai
faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut.
Dalam dunia peternakan pakan merupakan faktor penentu keberhasilan
usaha, di mana ketersediaannya sangat terkait dengan waktu, sehingga
perlu dilakukan penyimpanan. Penyimpanan pakan yang terlalu lama akan
menurunkan kualitas dari pakan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyimpanan pakan adalah salah satunya teknik atau metode penyimpanan
bahan pakan. Teknik atau metode penyimpanan bahan pakan berdasarkan
proses pengeluaran atau pemakaian bahan pakan ternak yang biasa
digunakan adalah sistem FIFO (First In First Out) atau LIFO (Last In
First Out) sama-sama menggunakan pallet (alas gudang) di mana jarak
antar tumpukan ada dan tidak sempit.
Macam-macam metode penyimpanan sebagai berikut :
(a) FIFO adalah sistem penyimpanan yang berbentuk masuk pertama, keluar
pertama; (b) LIFO adalah system penyimpanan yang berbentuk terakhir
masuk, pertama keluar; (c) STATIC FIFO dan STATIC LIFO tidak ada
perubahan mengenai posisi barang hanya satu kali pengaturan; (d) DECK
LIFO metode seperti LIFO tetapi barang pertama masuk diletakkan di
ujung secara bertahap mundur ke belakang; (e) RAS (Random Access)
metodenya lebih mudah karena jika barang tidak dikeluarkan dapat
diambil secara acak tetapi tetap memperhatikan lokasi penyimpanan yang
baik.
Teknik atau metode penyimpanan bahan pakan berdasarkan jenis bahan pakan yang disimpan adalah:
(a) Bahan pakan berlemak tinggi. Bahan pakan berlemak tinggi dapat
menyebabkan ketengikan dalam penyimpanan yang terlalu lama akibat
adanya proses oksidasi. Contoh bahan pakan berlemak tinggi adalah:
bungkil kelapa. Solusi untuk menangani bahan pakan yang mengandung
lemak tinggi adalah tidak menyimpannya terlalu lama, penumpukannya
dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu banyak dalam proses pembuatan
bahan pakan tersebut (disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian);
(b) Bahan berupa cairan. Bahan pakan berupa cairan seperti, molases
dalam hal penyimpanan yang perlu diperhatikan adalah wadah bahan
tersebut (baik jenis dan bentuk);
(c) Bahan pakan berkadar air tinggi. Bahan dengan kandungan air yang
lebih rendah akan lebih tinggi daya simpannya dibandingkan dengan bahan
dengan kadar air yang lebih tinggi. Semakin tingginya kadar air suatu
bahan pakan maka dapat mengakibatkan memacu tumbuhnya jamur. Sebaiknya
bahan pakan yang memiliki kadar air yang sangat tinggi tidak disimpan
dalam gudang penyimpanan yang bersuhu tinggi pula, karena dapat
mempercepat proses penjamuran. Contoh bahan pakan berkadar air tinggi :
jagung, tepung ikan;
(d) Suplemen dan Aditif. Penanganan dan penyimpanan dilakukan secara
khusus terhadap barang yang datang dengan melakukan pencatatan yang
meliputi informasi : nama, manfaat, tanggal penerimaan, jumlah, nama
suplier, kode barang (kalau tersedia), pengembalian jika ada barang
yang rusak.
Selain memperhatikan metode penyimpanan juga perlu perhatian terhadap
konstruksi bangunan pabrik pakan diusahakan dapat meminimalisir
masuknya hama, burung, serangga dan hewan lainnya dari daerah
sekitarnya. Perawatan terhadap bangunan dan lantai dasar diperhatikan
supaya menciptakan kondisi bersih saat pegawai sedang bekerja dan
berlangsungnya produksi pakan. Peralatan yang tidak digunakan bisa
dipindahkan untuk mencegah menjadi tempat berkembang biaknya hama. Di
dalam bangunan juga harus disediakan ruang untuk fasilitas dan ruang
gerak bagi pegawai dalam bekerja.
Penggambaran tentang proses produksi pakan, contohnya meliputi: Area
untuk penerimaan dan penyimpanan bahan pakan dan suplemen. Penambahan
ruang untuk pengolahan biji-biji. Area tempat untuk pencampuran pakan.
Tersedianya area untuk perawatan peralatan.
Dengan mengetahui teknik penyimpanan yang baik diharapkan para produsen
dapat mengurangi kerugian (ekonomis) untuk menjaga kualitas pakan.
Dianjurkan para produsen pakan menggunakan teknik penyimpanan secara
FIFO (First In First Out) supaya lebih mudah mengontrol keluar masuknya
pakan dan kualitas pakan tetap terjaga. Suwarna/Penyuluh Pertanian
Pusat – BPPSDMP/ dari berbagai sumber
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
|